jatiluwih

jatiluwih

This is default featured post 1 title

Belajar untuk memahami budaya dari sudut pandang yang berbeda aku dia kita dan mereka adalah sama sama sama mahluk ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

This is default featured post 2 title

Belajar untuk memahami budaya dari sudut pandang yang berbeda aku dia kita dan mereka adalah sama sama sama mahluk ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

This is default featured post 3 title

Belajar untuk memahami budaya dari sudut pandang yang berbeda aku dia kita dan mereka adalah sama sama sama mahluk ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

This is default featured post 4 title

Belajar untuk memahami budaya dari sudut pandang yang berbeda aku dia kita dan mereka adalah sama sama sama mahluk ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

This is default featured post 5 title

GBelajar untuk memahami budaya dari sudut pandang yang berbeda aku dia kita dan mereka adalah sama sama sama mahluk ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Rabu, 18 Januari 2012

Membangun Bali dari diri kita sendiri

ini merupakan tulisan awal saya setelah lama vakum sekitar 6 bulan,... hehehehe,..
pemikiran ini sebenranya sudah lama saya memilikinya, tapi belum ada momen yang pas untuk menulisknannya.

ini bermula ketika saya mendapat undangan bazar dari seorang rekan yang bernama Komang, dulu teman kuliah dikampus sekarang bekerja disalah satu kementrian....
pada awalnya, yah untuk teman ya saya beli kuponya. saya menyadari ketika dirumah bahwa bazarnya ternyata bazar warung, bukan nge-bar di banjar. ya, sebuah ide yang biasa disaat sekarang ini. tapi ada hal yang berbeda, bahwa pengambilan kupon bazarnya ternyata diwarung yang made-in bali mulai dari pemilik, pegawai, sampai tetek bengeknya aseli bali,...
kreatif!!!!! 
awesome!!!!
ternyata walaupun denpasar dikenal sebagai kota modern yang masyarakatnya hedonis, masih ada generasi muda yang peduli dan memiliki idealis tinggi untuk mempertahankan identitas "lokalnya" bahwa saya orang bali makan ditempat orang bali dong!!!!!
bukan di mekdi atau sejenisnya...
sebuah ideologi yang menarik ditengah westernisasi bali saat ini.
kemudian lanjut ketika saya mengambil bazarnya.
lokasinya dijalan drupadi. 
sebuah warung yang menjual menu bali tentunya, rasanya lumayan enak, sesuai dengan lidah kita orang bali.

tapi bukan itu yang menjadi pemikiran saya. dari awal saya memasuki drupadi, saya melihat sebuah restoran jepang ya, sebut saja "hmmsa" yang pada saat itu sangat ramai dikunjungi oleh orang lokal. hati saya menjadi miris ketika saya berkunjung kelokasi bazar ini yang ternyata sangat sepi pengunjung. waktu itu tercatat hanya saya saja yang makan disana. 
ironis memang,.. disaat kita ramai mendengang-dengungkan kuliner lokal sebagai salah satu ciri khas bali, ternyata kenyataannya, kuliner lokal sebagai sarana rekreasi kuliner kalah pengunjungnya dengan kuliner import, bahkan mungkin dagang pecel lele dipinggir jalan. 
ironis memang, tapi itulah kenyataannya. saya ingin bertanya, kepada hati saya sendiri kalau bukan kita yang memulai untuk egois hanya makan ditempat yang ada pelangkirannya, sampai kapan saudara kita bisa bertahan?????????
kita sendiri harus membantu saudara kita yang sedang bertempur dikuliner dengan menjadi idealis.
kita harus memandang bahwa kuliner tidak hanya sebagai kuliner tapi kuliner juga membawa ideologi, membawa identitas kita sebagai orang bali. seperti saya misalnya ketika saya diluar bali, dalam acara resmi saya pasti tidak akan menyentuh daging sapi seterpaksa apapun. karena itu identitas saya. saya pasti menyebutkan bahwa babi guling itu enak, lawar itu goood dan makanan bali itu paling enak karena itu identitas saya sebagai orang bali .
tentu lain hal ketika saya penelitian, saya harus menghormati adat setempat yang tentunya berbeda dengan adat bali.
ketika kita mengirimkan oleh-oleh kepada rekan kita yang diluar bali kita juga harus memiliki idealisme, bahwa makanan/oleh-oleh yang kita kirim harus berdasar pada jerih payah orang bali sendiri dalam setiap prosesnya, misalkan kita mengirim kacang... ya pilihlah kacang yang dibeli dipasar tradisional, walaupun tanpa merek,... lindung/belut yang lokal,.... buah-buahan seperti manggis juga lokal,.... dan begitu juga bakpia,.. ada bakpia baturiti yang dibuat saudara kita yang tionghoa bali sangat enak, jauh lebih enak dari pia arogan didekat bandara, demikian juga dengan pie susu dijalan nagka,....
apa anekdot ini masih harus kita pertahankan "nak bali meli bakso ngadep tanah, nak ..... ngadep bakso meli tanah".
kita harus sadar. kalau bukan kita siapa lagi yang akan menjaga bali!!!
lupakan ajeg bali karena bali harus tetap dinamis, tapi kita harus tetap idealis sebagai orang bali.

Selasa, 16 Agustus 2011

logika

LOGIKA
A. Pengertian Logika
Logika berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu λσγσς(Logos) yang artinya hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bentuk bahasa.
Secara singkat, logika berarti ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir lurus. Sebagai ilmu, logika disebut sebagai logika Epiteme (Latin: logika scientia) yaitu logika adalah sepenuhnya suatu jenis pengetahuan rasional atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kecakapan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan.Kata logis yang tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.Oleh karena itu logika terkait erat dengan hal-hal seperti pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme.
Logika merupakan ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui (Premis) yang nanti akan diturunkan dalam kesimpulan.
Logika juga merupakan suatu ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek, hal ini yang menyebabkan logika disebut dengan filsafat yang praktis. Dalam proses pemikiran, terjadi pertimbamgan, menguraikan, membandingkan dan menghubungkan pengertian yang satu dengan yang lain. Penyelidikan logika tidak dilakukan dengan sembarang berpikir.Logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan atau ketepatannya. Suatu pemikiran logika akan disebut lurus apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum serta aturan yang sudah ditetapkan dalam logika. Dari semua hal yang telah dijelaskan tersebut dapat menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pedoman atau pegangan untuk berpikir.
Logika adalah sebuah cabang filsafat yang bersifat praktis.Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.
Logika digunakan untuk melakukan pembuktian.Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak.Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika.logika tidak bisa dihindarkan dalam proses hidup mencari kebenaran
Konsep dasar yang membentuk logika adalah bentuk logis.Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya.Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis).Logika silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal.
Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif.Penalaran deduktif—kadang disebut logika deduktif—adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif.Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah.Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.
Contoh argumen deduktif:
  1. Setiap ikan punya sebuah insang.
  2. Semua maskoki adalah mamalia.
  3. Setiap maskoki punya sebuah insang.

Penalaran induktif—kadang disebut logika induktif—adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.
Contoh argumen induktif:
  1. Gajah Sumatra punya sebuah belalai
  2. GajahIndia punya sebuah belalai
  3. Gajah Afrika punya sebuah belalai
  4. ...
  5. Setiap gajah punya sebuah belalai
Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif dan deduktif.
Deduktif
Induktif
Ø  Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar
Ø  Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis
Ø Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar
Ø Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis

B. Sejarah Logika
Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), seorang filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (bahasa Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta.Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.Hal ini dikembangkan oleh Aristotelesyang kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica.Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu. Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles disimpulkan dari:
  • Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
  • Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
  • Air jugalah uap
  • Air jugalah es
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta. Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme. Buku Aristoteles to Oraganon (alat) berjumlah enam, yaitu:
  1. Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
  2. De interpretatione tentang keputusan-keputusan
  3. Analytica Posteriora tentang pembuktian.
  4. Analytica Priora tentang Silogisme.
  5. Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
  6. De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Pada 370 SM - 288 SMTheophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika. Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri. Porohyus (232 - 305) membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu buku Aristoteles.Boethius (480-524) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa Latin dan menambahkan komentar- komentarnya.Johanes Damascenus (674 - 749) menerbitkan Fons Scienteae.
Kaum Sofis, Socrates, dan Plato tercatat sebagai tokoh-tokoh yang ikut merintis lahirnya logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprostus dan Kaum Stoa.Logika dikembangkan secara progresif oleh bangsa Arab dan kaum muslimin pada abad II Hijriyah.Logika menjadi bagian yang menarik perhatian dalam perkembangan kebudayaan Islam. Namun juga mendapat reaksi yang berbeda-beda, sebagai contoh Ibnu Salah dan Imam Nawawi menghukumi haram mempelajari logika, Al-Ghazali menganjurkan dan menganggap baik, sedangkan Jumhur Ulama membolehkan bagi orang-orang yang cukup akalnya dan kokoh imannya. Filosof Al-Kindi mempelajari dan menyelidiki logika Yunani secara khusus dan studi ini dilakukan lebih mendalam oleh Al-Farabi.
Selanjutnya logika mengalami masa dekadensi yang panjang.Logika menjadi sangat dangkal dan sederhana sekali. Pada masa itu digunakan buku-buku logika seperti Isagoge dari Porphirius, Fonts Scientie dari John Damascenus, buku-buku komentar logika dari Bothius, dan sistematika logika dari Thomas Aquinas. Semua berangkat dan mengembangkan logika Aristoteles.
Pada abad XIII sampai dengan abad XV muncul Petrus Hispanus, Roger Bacon, Raymundus Lullus, Wilhelm Ocham menyusun logika yang sangat berbeda dengan logika Aristoteles yang kemudian kita kenal sebagai logika modern. Raymundus Lullus mengembangkan metoda Ars Magna, semacam aljabar pengertian dengan maksud membuktikan kebenaran - kebenaran tertinggi. Francis Bacon mengembangkan metoda induktif dalam bukunya Novum Organum Scientiarum .W.Leibniz menyusun logika aljabar untuk menyederhanakan pekerjaan akal serta memberi kepastian.Emanuel Kant menemukan Logika Transendental yaitu logika yang menyelediki bentuk-bentuk pemikiran yang mengatasi batas pengalaman.Selain itu George Boole (yang mengembangkan aljabar Boolean), Bertrand Russel, dan G. Frege tercatat sebagai tokoh-tokoh yang berjasa dalam mengembangkan Logika Modern.
Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan.Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika.
Lahirlah logika modern dengan tokoh-tokoh seperti:
  • Petrus Hispanus 1210 - 1278)
  • Roger Bacon 1214-1292
  • Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.
  • William Ocham (1295 - 1349)
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concrning Human Understanding.Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum.J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic.
Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:
·Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus.Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian.
·George Boole (1815-1864)
Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di John Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce’s Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs).
Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970)

C. Tipe Logika
Setelah mempelajari tentang filsafat ilmu lebih mendalam lagi, ternyata didalamnya terdapat banyak sekali materi yang disajikan. Yang salah satunya adalah tentang logika, dan logika sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1.Logika Alamiah
Logika Alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum mendapat pengaruh-pengaruh dari luar, yakni keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif.Yang mana logika alamiah manusia ini ada sejak manusia dilahirkan.Dan dapat disimpulkan pula bahwa logika alamiah ini sifatnya masih murni.
2.Logika Ilmiah
Lain halnya dengan logika alamiah, logika ilmiah ini menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran.Dengan adanya pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman.Logika ilmiah ini juga dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau setidaknya dapat dikurangi.Sasaran dari logika ilmiah ini adalah untuk memperhalus dan mempertajam pikiran dan akal budi.

D. Logika Sebagai Cabang Filsafat
Filsafat adalah kegiatan / hasil pemikiran /permenungan yang menyelidiki sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pasa makna dibalik kenyataan atau teori yang ada untuk disusun dalam sebuah system pengetahuan rasional.
Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis.Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak.Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika.
Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir.Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan. Menurut Louis O. Kattsoff, logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan kesimpulan.
Logika bisa menjadi suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti : Adakah metode yang dapat digunakan untuk meneliti kekeliruan pendapat? Apakah yang dimaksud pendapat yang benar?Apa yang membedakan antara alasan yang benar dengan alasan yang salah? Filsafat logika ini merupakan cabang yang timbul dari persoalan tentang penyimpulan.

E. Kegunaan Logika
Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan.Dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseoranng, karena itu ia mendidik manusia bersikap obyektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat.
Selain hubungannya erat dengan filsafat dan matematik, logika dewasa ini juga telah mengembangkan berbagai metode logis (logical methods) yang banyak sekali pemakaiannya dalam ilmu-ilmu, sebagai misal metode yang umumnya pertama dipakai oleh suatu ilmu.
Logika modern juga (terutama logika perlambang) dengan berbagai pengertian yang cermat, lambang yang abstrak dan aturan-aturan yang diformalkan untuk keperluan penalaran yang betul tidak saja dapat menangani perbincangan-perbincangan yang rumit dalam suatu bidang ilmu, melainkan ternyata juga mempunyai penerapan.Misalnya dalam penyusunan program komputer dan pengaturan arus listrik, yang tidak bersangkutan dengan argumen.
Pengertian ilmu logika secara umum adalah ilmu yang mempelajari aturan-aturan berpikir benar.Jadi dalam logika kita mempelajari bagaimana sistematika atau aturan-aturan berpikir benar.Subjek inti ilmu logika adalah definisi dan argumentasi.Yang selanjutnya dikembangkan dalam bentuk silogisme.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kegunaan logika adalah sebagai berikut:
1.                  Membantu setiap orang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis, dan koheren atau untuk menjaga kita supaya selalu berpikir benar.
2.                  Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3.                  Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4.                  Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis.
5.                  Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir kekeliruan serta kesesatan.
6.                  Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
7.                  Sebagai ilmu alat dalam mempelajari ilmu apapun, termasuk filsafat.
Karena yang dipelajari dalam ilmu logika hanyalah berupa aturan-aturan berpikir benar maka tidak otomatis seseorang yang belajar logika akan menjadi orang yang selalu benar dalam berpikir. Itu semua tergantung seperti apa dia menerapkan aturan-aturan berpikir itu, disiplin atau tidak dalam menggunakan aturan-aturan itu, sering berlatih, dan tentu saja punya tekad dalam kebenaran.
Kegunaan dari kita belajar logika adalah daya analisis kita semakin bertambah dan dimana apabila ada suatu masalah, kita dapat mengambil keputusan dengan benar.Disamping itu belajar logika juga sangat bermanfaat dalam manajemen waktu, dan juga logika merupakan dasar ilmu psikologi yang paling mendasar. Intinya dengan belajar logika kemampuan berpikir dan daya analisis kita semakin berkembang

Hubungan ideologi dan kekuasaan

Hubungan antara ideologi dan kekuasaan.

Hubungan antara ideologi dan kekuasaan bagaikan hubungan sayur dan garam, saling melengkapi, hambar rasanya jika sayur tidak berisi garam. Demikian juga kekuasan akan terasa kosong jika tidak ada ideologi yang menguatkannya.
Weber mengatakan bahwa kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau kelompok untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan tertentu. Kekuasaan memiliki berbagai macam bentuk, dan bermacam-macam sumber (Soekanto, 2002:268-269). Dimana terdapat hubungan sosial antara masyarakat maupun kelompok, pastilah disana ada kekuasaan.
Dalam mencari suatu kekuasaan pastinya diperlukan beberapa sumber-sumber yang bisa dipergunakan untuk merebut, dan mempertahankan kekuasaan, yakni militer, ekonomi, politik, hukum, ideologi, tradisi, ideologi, diversionary power. Salah satu sumber yang seringkali dipergunakan untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan adalah ideologi.
Ideologi atau ideologie (dalam bahasa Perancis) pertama kali dikumandangkan oleh Antoine Destutt de Tracy (1754-1836) yang hidup pada masa Revolusi Perancis yang melihat bahwa ketika Revolusi berlangsung, banyak ide atau pemikiran telah menginspirasi timbulnya ribuan perang untuk menguji kekuatan ide-ide tersebut dalam kancah pertarungan politik untuk merebut kekuasaan, dan mereka mau mengorbankan hidup demi ide-ide yang diyakini tersebut.
China dengan ideologi komunis, ala Mao Zedong, yang berhasil merebut kekuasaan dari Chiang Kai-shek yang berideologi demokrasi ala Amerika. Demikian juga dengan perang Vietnam, yang sebenarnya lebih kearah perang ideologi antara ideologi komunis yang didukung oleh China melawan ideologi demokrasi yang dibela mati-matian oleh Amerika Serikat. Menurut Marx, ideologi adalah sebuah ajaran/paham yang menjelaskan suatu keadaan terutama struktur kekuasaan sedemikian rupa sehingga orang menganggapnya sah, padahal jelas tidak sah. Ideologi melayani kepentingan kelas berkuasa karena memberikan legitimasi kepada suatu keadaan yang sebenarnya tidak memiliki legitimasi (Magnus-Suseno, 2005:122-123).
Ideologi sebagai sebuah sarana merebut kekuasaan akan dikembangkan secara penuh ketika kekuasaan sudah diperoleh . Fungsi dari pengembangan ideologi ketika berkuasa adalah untuk mempertahankan eksistensi dari kekuasaan yang sudah diperoleh.  Jika ideologi sudah berhasil dikembangkan maka kekuasaan yang diperoleh tentunya akan tetap bertahan.
Pengembangan ideologi dalam sebuah kekuasaan tergantung dari ideologi mana yang dianut oleh pemegang kekuasaan. Apakah ideologi yang bersifat terbuka atau tertutup. Ideologi tertutup adalah ajaran yang menentukan tujuan-tujuan dan norma-norma politik dan sosial, yang diterjemahkan sebagai kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima sebagai sesuatu yang sudah jadi dan harus dipatuhi. Kebenaran suatu ideologi tertutup tidak boleh dipermasalahkan berdasarkan nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral yang lain. Isinya dogmatis dan apriori sehingga tidak dapat dirubah atau dimodifikasi berdasarkan pengalaman sosial. Karena itu ideologi ini tidak mentolerir pandangan dunia atau nilai-nilai lain.
Salah satu ciri khas suatu ideologi tertutup adalah tidak hanya menentukan kebenaran nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar saja, tetapi juga menentukan hal-hal yang bersifat konkret operasional. Ideologi tertutup tidak mengakui hak masing-masing orang untuk memiliki keyakinan dan pertimbangannya sendiri. Ideologi tertutup menuntut ketaatan tanpa reserve.
Dengan sendirinya ideologi tertutup tersebut harus dipaksakan berlaku dan dipatuhi masyarakat oleh elit tertentu, yang berarti bersifat otoriter dan dijalankan dengan cara yang totaliter.
Ideologi yang kedua adalah ideologi yang terbuka hanya berisi orientasi dasar, sedangkan penerjemahannya ke dalam tujuan-tujuan dan norma-norma sosial-politik selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan dengan nilai dan prinsip moral yang berkembang di masyarakat. Operasional cita-cita yang akan dicapai tidak dapat ditentukan secara apriori, melainkan harus disepakati secara demokratis. Dengan sendirinya ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok orang (www.scribd.com-ideologi dan kekuasaan).
Jika sebuah kekuasaan berawal dari pertentangan antara 2 ideologi atau lebih maka kekuasaan itu akan menjadi kekuasan yang sentral atau terpusat dan hanya mengacu pada ideologi yang dianutnya. Memang benar secara garis besar terdapat dua macam ideologi yang saling bertentangan, yakni ideologi terbuka dan tertutup. Tapi dibalik pertentangan itu ada sebuah kesamaan, yakni ideologi sama-sama dipergunakan dengan berbagai cara untuk melanggengkan kekuasaan yang ada.
Daftar Pustaka

Magnis-Suseno, Franz. 2005. Pemikiran Karl Marx Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Filsafat India

FILSAFAT INDIA

Filsafat merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani, yakni Philosophia, yang terdiri dari kata philos, yang berarti cinta atau suka, dan shopia yang berarti bijaksana. Dengan demikian,secara etimologis, filsafat memberikan pengertian cinta kebijaksanaan (Praja, S, 2003:1-2). Secara garis besar perkembangan filsafat di dunia dibagi menjadi 2 kubu, yakni filsafat yang mengacu ke timur (Asia) dan filsafat yang mengacu pada barat (Eropa).
Dari kedua kubu filsafat tersebut, yang pertama berkembang adalah filsafat yang berasal dari timur. Filsafat timur sendiri sebenarnya terdiri dari tiga cabang yang didasarkan pada periodeisasi dan wilayahnya, yaitu filsafat India, filsafat Cina, dan filsafat Arab. Filsafat India mengarah dan berkembang pada Hinduisme dan Buddhaisme, filsafat Cina mengarah kepada Taoisme dan Confusianisme, sedangkan filsafat Arab, tentu saja mengarah kepada Islam.
Mengacu pada periodeisasi filsafat timur, filsafat yang berkembang pertama kalinya adalah aliran filsafat India. Perkembangan filsafat India sendiri dapat dibagi menjadi 4 zaman yakni:
1.      Zaman Prasejarah
2.      Zaman Veda
a.       Zaman Veda Purba
b.      Zaman Brahmana
c.       Zaman Upanisad
3.      Zaman Buddha
4.      Zaman Purana
Pada zaman Veda, filsafat India mengalami awal perkembangan yang sangat pesat. Pada masa ini, muncullah Veda, yang bisa dibagi menjadi 4 bagian (samhita), yakni:
1.      Rg Veda (nyanyian pujaan-pujaan)
2.      Sama Veda (mantra yadnya)
3.      Yajur Veda (rumusan upacara-upacara korban)
4.      Atharwa Veda (mantra-mantra mistik)
Pada masa ini pula dilahirkan 3 kitab suci yang pada nantinya berperan penting dalam agama Hindu. Kitab itu antara lain, Brahmana, kitab yang berisi tentang spekulasi tentang kurban dan kedudukan pendeta-pendeta. Aranyaka, kitab yang lebih menekankan pada naskah-naskah esoteris yang merupakan hasil refleksi dari kaum wanaprastha, kitab ini lebih menekankan pada arti batiniah dan simbolis dari kurban. Upanishad merupakan kelanjutan dari Aranyaka. Seringkali Upanishad dikatakan penutup dari Veda, baik secara terminologis maupun kronologis. Itu sebabnya Upanishad seringkali disebut dengan Vedanta.
Metode dalam Upanishad adalah introspektif, dengan titik tolak pengalaman berpikir manusia dan fakta kesadaran manusia. Tema pokok Upanishad adalah hakekat keakuan dan hubungannya dengan kesadaran.
Tuhan, dalam Upanishad dilukiskan sebagai penguasa batin yang tak dapat mati atau sebagai benang yang melewati segala benda dan mengikat mereka bersama. Dialah kebenaran sentral dari eksistensi bernyawa dan tidak bernyawa, dan karenannya dia tidak hanya transenden tapi juga imanen. Daialah pencipta dunia, tetapi ia memunculkan dunia itu dari dirinya sendiri sebagai laba-laba yang membuat jaringan sarangnya.
Pada masa Upanishad ini, akhirnya filsafat India dapat dibagi menjadi 2, yaitu kelompok nastika, dan kelompok astika.
1.   Kelompok nastika merupakan kelompok yang tidak mengakui Veda ajaran tertinggi. Kelompok nastika sendiri terdiri dari tiga, yakni, Carvaka, Jaina, dan Buddha.
Carvaka, adalah sebuah kata yang umumnya menyatakan ‘materialistis’. Tetapi makna aslinya terselubungi dalam kerahasiaan. Menurut pandangan seseorang, Carvaka merupakan nama sebuah uraian umum yang diberikan kepada seseorang yang materialistis, karena ia menganjurkan ajaran tentang, makan minum dan menikah (carv-makan). Brhaspati, dianggap sebagai pendiri aliran ini, didasarkan pada pandangan, (a). beberapa buah pujian Veda yang secara tradisi dilukiskan Brhaspati ditandai dengan semangat revolusi dan kebebasan; (b). dalam kitab Mahabharata dan dimanapun juga, pandangan materialistis dikatakan oleh Brhaspati; (c). kira-kira selusin sutra dan sloka dikutip dikutip dan diambil sebagai referensi oleh berbagai penyusunan yang berbeda-beda, sebagai ajaran materialistis dari Brhaspati.
Jaina, menolak semua otoritas Veda. Menurut Jaina, setiap pendapat adalah sah, karena banyaknya kompleksitas realitas, yang menyebabkan tidak adanya pengetahuan yang bersifat absolut. Pengetahuan dinyatakan sah hanya dalam hubungannya dengan titik tolak yang dipergunakan, dimana Jaina mengenal 7 titik tolak dalam memandang realitas, yakni ada; tiada; tak dapat dilukiskan; ada dan tak dapat dilukiskan; ada dan tiada’ ada, tiada dan tak dapat dilukiskan. Menurut Jaina, hakekat diri adalah kesadaran. Tujuan tertinggi adalah realisasi kondisi murni, mengembalikan jiwa pada hakekatnya yakni pengetahuan tak terbatas (Ananta Jnana), persepsi tidak terbatas(Ananta Darsana), kekuatan tidak terbatas (Ananta Virya), dan kebahagiaan tidak terbatas (Ananta Virya). Ajaran Jaina sendiri, menolak adanya tuhan  sebagai pencipta dunia ini, mereka berpendapat perlunya meditasi dan memuja pada roh-roh sempurna yang terbebaskan (para siddha). Roh-roh yang terbebaskan memiliki kesempurnaan tuhan, dengan mudah dapat menggantikan kedudukan tuhan. Terdapat 5 jenis roh-roh murni (Pancaparamesti), yakni Arhat, Siddha, Acarya, Upadhyaya, dan para Sadhu. Bagi Jaina, pemujaan bukanlah mencari pengampunan atau belas kasih. Jaina percaya pada hukum karma yang tidak dapat diubah, sehingga tidak ada rasa kasih yang dapat membelokkannya. Akibat dari perbuatan salah dimasa lalu, hanya dapat dinetralkan dengan membangkitkan didalam roh daya-daya kuat berlawanan dari pemikiran, perkataan,, perbuatan baik. Setiap orang harus mengusahakan pembebasannya sendiri. Roh-roh bebas hanya membantu sebagai mercusuar. Oleh karena itu Jaina merupakan agama kekuatan dan keberanian. Agama yang harus diusahakan sendiri secara pribadi-pribadi. Itulah sebabnya mengapa roh bebas disebut pemberani (Jina) dan pahlawan (Vira).
Buddha, merupakan ajaran yang dimulai oleh Sidharta Gautama. Ia berasal dari keluarga Shakya, lahir sekitar tahun 558. Kitab suci disebut dengan Tripitaka yang terdiri atas Sutra, Vinaya, dan Abhidharma. Buddha mengajarkan 4 kebenaran utama, yakni:
a.    Hidup adalah sengsara (dukha)
b.   Penderitaan itu timbul karena keinginan (samudaya).
c.    Penderitaan dapat diakhiri dan dicapai nirvana, dimana segala aliran kehidupan berakhir.
d.      Terdapat jalan untuk mengakhiri penderitaan-penderitaan (marga).Hal ini dapat terlaksana dengan perbuatan-perbuatan dan disiplin yang berpuncak pada konsentrasi dan meditasi.
Terdapat tiga tingkatan penderitaan, yakni penderitaan yang berkaitan dengan proses kehidupan (terutama lahir, sakit, tua, mati), penderitaan sebagai akibat dari kesadaran akan adanya kesenjangan dan distansi antara apa yang kita inginkan dan apa yang diperoleh serta kesadaran akan kesementaraan, dan penderitaan sebagai akibat kondisi kemanusiaan. Tidak ada sesuatu hal yang permanen didunia ini kecuali nirvana.
Terdapat beberapa kali konsili Buddha setelah Sidharta Gautama wafat. Konsili pertama dilaksanakan oleh para murid Buddha di Rajagrha, kedua di Vesali seratus tahun kemudian. Buddha, mencapai puncak kejayaannya pada masa Asoka. Pada masa ini diadakan konsili ketiga di Patalipura. Akan tetapi pada masa asoka ini juga terdapat perpecahan dan perbedaan pendapat, yang kemudian menghasilkan dua aliran Buddha, yakni Hinayana (kendaraan kecil) dan Mahayana (kendaraan besar).
Hinayana berharap mencapai pembebasan dalam kehidupan ini atau kehidupan berikutnya dengan mengikuti jalan mulia Buddha, tujuannya adalah nibbana, keadaan pelenyapan segala kesengsaraan. Oleh karena itu hinayana merupakan agama membantu diri sendiri.
Mahayana menekankann pada aspek kehidupan dan ajaran si pendirinya. Kaum mahayanin menunjukkan bahwa usia Buddha yang panjang, setelah pencerahannya, yang diabdikan untuk melayani mahluk-mahluk yang menderita, mejadikannya contoh dan cita-cita, yaitu bahwa pencerahan itu hendaknya dicari bukan untuk pembebasan dirinya sendiri saja, tetapi untuk mampu membantu kebutuhan moral yang lain.

2.         Sedangkan kelompok astika sendiri, memiliki 6 ajaran filsafat yang disebut dengan Sad Dharsana. Ajaran Sad Dharsana inilah yang kemudian menjadi inti perkembangan filsafat India pada zaman Veda.
Secara etimologis, kata Dharsana berasal dari akar kata drś yang bermakna "melihat", menjadi kata dharśana yang berarti "penglihatan" atau "pandangan". Dalam ajaran filsafat hindu, Dharśana berarti pandangan tentang kebenaran. Jadi Sad Dharśana berarti Enam pandangan tentang kebenaran, yang mana merupakan dasar dari Filsafat Hindu.
Pokok-pokok ajaran Sad Dharśana, terdiri dari:
1.      Saṁkhya
Ajaran ini dibangun oleh Maharsi Kāpila Muni, beliau yang menulis Saṁkhyasūtra. Di dalam sastra Bhagavatapurāna disebutkan nama Maharsi Kāpila, putra Devahuti sebagai pembangun ajaran Saṁkhya yang bersifat theistic. Karya sastra mengenai Saṁkhya yang kini dapat diwarisi adalah Saṁkhyakarika yang di tulis oleh Īśvarakṛṣṇa. Ajaran Saṁkhya ini sudah sangat tua umurnya, dibuktikan dengan termuatanya ajaran Saṁkhya dalam sastra-sastra Śruti, Smrti, Itihasa dan Purana.
Kata Saṁkhya berarti: pemantulan, yaitu pemantulan filsafati. Samkhya mempergunakan 3 sistem atau cara mencari pengetahuan kebenaran, yaitu pratyaksa (pengamatan langsung), anumana (penyimpulan), apta vakya (penegasan yang benar)
Ajaran Saṁkhya bersifat realistis karena didalamnya mengakui realitas dunia ini yang bebas dari roh. Disebut dualistis karena terdapat dua realitas yang saling bertentangan tetapi bisa berpadu, yaitu purusa dan prakrtiPurusa dan prakrti adalah anadi (tanpa awal) dan ananta (tak terbatas). Ketidakberbedaan (a viveka) diatara keduanya merupakan penyebab kelahiran dan kematian. Pembedaan antara purusa dan prakrti memberikan mukti (pembebasan). Baik purusa dan prakrti adalah sat (nyata). Purusa bersifat asanga (tak terikat) dan merupakan kesadaran meresapi segalanya dan abadi. Prakrti merupakan si pelaku yang tersusun atas asas materi dan rohani yang memiliki dan terpengaruh oleh Tri Guna atau sifat sattvam, rajas dan tamas.
Ketiga guna tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling menunjang satu sama lain, serta saling bercampur. Keeratan hubungannnya seperti nyala minyak, api dan sumbu pada sebuah lampu. Ia membentuk substansi dari prakrti. Akibat pertemuan antara purusa dengan prakrti timbullah ketidakseimbangan dari Tri Guna tersebut yang kemudian menimbulkan evolusi atau perwujudan.

2.      Yoga
Ajaran Yoga dibangun oleh Maharsi Patanjali, dan merupakan ajaran yang sangat populer di kalangan umat Hindu. Ajaran yoga merupakan ilmu yang bersifat praktis dari ajaran Veda. Yoga berakar dari kata Yuj yang berarti berhubungan, yaitu bertemunya roh individu (atman/purusa) dengan roh universal (Paramatman/Mahapurusa). Maharsi Patanjali mengartikan yoga sebagai Cittavrttinirodha yaitu penghentian gerak pikiran. Roh pribadi dalam system yoga memiliki kemerdekaan lebih besar dan dapat mencapai pembebasan dengan tuhan. Sistem yoga, menganggap bahwa konsentrasi, meditasi dan samadi akan membawa pada kaivalya atau kemerdekaan. Sistem yoga juga menganggap bahwa dalam proses yoga, terkandung dalam kesan-kesan dari keanekaragaman fungsi mental dan konsentrasi dari energi mental pada purusa yang mencerahi dirinya.
Kitab Yogasutra, yang terbagi atas empat bagian dan secara keseluruhan mengandung 194 sutra. Bagian pertama disebut: Samadhipada, sedangkan bagian kedua disebut: Sadhanapada, bagian ketiga disebut: Vibhutipada, dan yang terakhir disebut: Kailvalyapada.

3.      Purva Mimamsa
Purva Mimamsa didirikan oleh Maharsi Jaimini. Pada mulanya, Purva Mimamsa bukan merupkan sistem filsafat, melainkan usaha untuk menjelaskan hakekat hukum, peraturan atau kewajiban/dharma, yang menurut sistem ini terdiri atas ketaatan terhadap perintah Veda dan larangan-larangannya.
Penganut Purva Mimamsa disebut Mimamsaka. Kelompok Mimamsaka yang terkenal adalah Kumarila dan Prabharaka. Pandangan Kumarila mendekati pandangan terakhir Advaita Vedanta yang menetapkan bahwa Veda disusun oleh tuhan dan merupakan Brahman dalam wujud suara. Moksa adalah keadaan yang positif baginya dan merupakan realisasi dari atman. Kumarila memiliki pandangan bahwa, pengetahuan tidak cukup guna membebaskan, tapi harus digabungkan dengan karma (kegiatan). Sedangkan Prabhakara menyatakan bahwa penghentian mutlak dari badan yang disebabkan hilangnya dharma dan a-dharma secara total, yang kerjanya disebabkan oleh kelahiran kembali merupakan kelepasan atau pembebasan mutlak, karena hanya dengan karma saja tidak akan dapat mencapai pembebbasan akhir. Untuk itu diperlukan pengetahuan yang sesungguhnya tentang sang diri yang dapat menghalangi timbunan karma, yang dapat membebaskan dirinya dari kelahiran kembali.
Menurut Prabhakara menyatakan bahwa sumber pengetahuan kebenaran (Pramana) menurut Mimamsa adalah sebagai berikut :
1.      Pratyaksa:pengamatan langsung
2.      Anumana:dengan penyimpulan
3.      Upamana:mengadakan perbandingan
4.      Sabda:kesaksian kitab suci atau orang bijak
5.      Arthapatti:penyimpulan dari keadaan
Oleh Kumarila ditambahkan dengan:
6.      Un-upalabdhi atau abhava-pratyaksa:yaitu pengamatan ketidak adaan


  
4.      Nyaya
Ajaran Nyaya bersumber pada Nyayasutra ditulis oleh Maharsi Aksapada Gautama, yang juga dikenal dengan nama Aksapada dan Dirghatapas, pada abad 4 s.m. Nyanya darsana secara umum juga dikenal sebagai Tarka Vada atau diskusi dan perdebatan tentang suatu darsana atau pandangan filsafat; karena Nyanya mengandung Tarka-Vidya (ilmu perdebatan) dan Vada-Vidya (ilmu diskusi).  Objek utama dalam Nyanya adalah perdebatan bahwa Parameswara merupakan pencipta alam semesta. Nyanya menegakkan keberadaan Isvara dengan cara penyimpulan, sehingga dikatakan bahwa Nyanya Darsana merupakan sebuah sastra yang merupakan alat utama untuk meyakini sesuatu objek dengan penyimpulan yang tidak dapat dihindari.
Dalam penyimpulan kebenaran itu, nyanya darsana mendiskusikan melalui bantuan 4 cara pengamatan, yakni:
1.      Pratyaksa Pramana atau pengamatan langsung
2.      Anumana Pramanan atau melalui penyimpulan
3.      Upamana Pramana atau melalui perbandingan
4.      Sabda Pramana atau melalui penyaksian


5.      Vaisesika
Sistem filsafat Vaisesika mengambil nama dari kata Visesa yang artinya kekhususan, yang merupakan cirri pembeda dari benda-benda. Ajaran Vaisesika dipelopori oleh Maharsi Kanada, yang menyusun Vaisesika-sutra. Inti dari ajaran ini adalah Padartha. Padartha secara harfiah berarti arti dari sebuah kata, tetapi disini Padartha adalah suatu permasalahan benda dalam filsafat. Padartha merupakan suatu objek yang dapat dipikirkan (artha) dan diberi nama (pada). Semua hal yang ada, dapat dinamai dan di amati, yaitu semua objek pengalaman adalah Padartha. Benda-benda majemuk saling tergantung, sedangkan benda-benda sederhana sifatnya abadi dan bebas. Dalam Vaisesika Sutra, terdapat 6 buah Padartha.:
1.      Dravya, yakni benda-benda atau substansi yang berjumlah 9 substansi, yaitu tanah (prthivi), air (apah), api (teja), udara (vayu), ether (akasa), waktu (kala), ruang (dis), roh (jiva), dan pikiran (manas.)
2.      Guna atau sifat-sifat jumlahnya 24, yaitu rupa atau warna, rasa, gandha (bau), sparsa (sentuhan), Samkhya (jumlah), parimana (ukuran), prthaktva (keanekaragaman), samyoga (persekutuan), vibhaga (keterpisahan), paratva (keterpencilan), aparatva (kedekatan), gurutva (bobot), dravatva (keenceran), sneha (kekentalan), sabda (suara), buddhi (pemahaman/pengetahuan), sukha (kesenangan), dukha (penderitaan), iccha (kehendak), dvesa (kebencian), prayatna (usaha), dharma (kebajikan), adharma (kekurangan), samskara (sifat pembiakan sendiri.)
3.      Karma atau kegiatan yang terkandung dalam gerakan jenisnya ada 5 buah, utksepana (gerakan ke atas), avaksepana (gerakan ke bawah), a-kuncana (gerakan membengkok), prasarana (gerakan mengembang), gamana (gerakan menjauh atau mendekat).
4.      Samaya bersifat umum menyangkut 2 permasalahan, yaitu sifat umum lebih tinggi dan lebih rendah; jenis kelamin dan spesies.
5.      Visesa atau kekhususan yang merupakan milik 9 substansi abadi dari dravya, yang kesemuanya memiliki perbedaan akhir yang kekal, yang membedakan yang satu dengan yang lainnya. Inilah yang menyebutkan sistem darsana ini disebut dengan vaisesika darsana.
6.      Samavaya, keterpaduan satu jenis, yakni keterpaduan antara substansi dengan sifatnya, antara jenis kelamin atau spesies dengan pribadinya, antara sesuatu objek dengan pemikiran umum yang berhubungan dengannnya dan yang dipikirkan menjadi satu kesatuan nyata.
Meskipun sebagai sistem filsafat pada awalnya berdiri sendiri, namun dalam perkembangannya ajaran ini menjadi satu dengan Nyaya.

6.      Vedanta
Ajaran Vedanta, sering juga disebut dengan Uttara Mimamsa yaitu penyelidikan yang kedua, karena ajaran ini mengkaji bagian Veda, yaitu Upanishad. Kata Vedanta berakar kata dari Vedasya dan Antah yang berarti akhir dari Veda. Sumber ajaran ini adalah kitab Vedantasutra atau dikenal juga dengan nama Brahmasutra. Pelopor ajaran ini adalah Maharsi Vyasa, atau dikenal juga dengan nama Badarayana atau Krishna Dwipayana.
Ada banyak sistem yang berkembang dalam Vedanta, yang bersifat realis, pluralis, monoistis dan idealis. Kesemua system itu menerima Brahman sebagai realitas tertinggi. Adapun beberapa bagian dari Vedanta:
a)      Sankara, adalah system nondualistis, menurut Sankara, Atman sama dengan Brahman, yakni esensi subjektivitas yang bersatu dengan esensi dunia. Dunia seluruhnya tergantung pada Brahman, tetapi Brahman tidak tergantung pada dunia. Brahman adalah dasar seluruh pengalaman, ia tidak sama dengan dunia, tidak berbeda dengan dunia, tidak empiris, tidak objektif, bukan tidak ada, sangat berbeda dari yang lain. Moksa atau pembebasan diri dicapai dengan praktek devosi dan mewudjudkan nilai-nilai etis. Ini dicapai selama orang hidup.
b)      Ramanuja, menekankan perbedaan dalam non dualisme Sankara. Dunia Diri, Brahman itu riil, tapi dunia dan diri tergantung pada Brahman. Diri memiliki eksistemsi abadi, dunia atau materi diri dan Brahman membentuk satu kesatuan, tetapi diri dan dunia hanya sebagai tubuh Brahman. Diluar Brahman tidak ada apa-apa. Itu sebabnya Ramanuja disebut nondualisme dengan perbedaan yakni Brahman memiliki dua bentuk, diri dan materi.setinggi apaun manusia merealisasikan diri, Brahman masih lebih tinggi. Manusia harus selalu menghormati Brahman, itulah sebabnya Ramanuja menekankan aspek kebaktian pada Brahman.
c)      Madhava, aliran yang mengajarkan bahwa dunia dan diri adalah realitas yang independen. Brahman merupakan eksistensi yang abadi, tapi dunia dan diri bergantung pada Brahman.
d)     Pasupata, Sakti dan Pancarata, ketiganya merupakan sekte yang berlawanan dengan Veda. Dalam sistem pancarata, Wisnu sama dengan Brahman, tapi atribut-atributnya tak dapat menampakakan diri tanpa sakti yang dinamakan Laksmi. Sakti ini memiliki aspek yaitu aktivitas dan menjadi (activity and becoming).
Bila sakti itu aktif, keenam atribut Wisnu memanifestasikan diri dalam pengetahuan, ke-Tuhanan, kemampuan, kekuatan, keperkasaan, dan kemuliaan.
Dalam sistem Pasupata (siwa). Siwa, sama dengan Brahman dalam Upanishad. Hakekatnya adalah “aku murni”, tanpa atribut, tanpa keterangan, kesadaran murni.

DAFTAR PUSTAKA


http//www.network54.com/forum/178267/message/Pengaruh+Sad+Dharsana+di+Bali
Maswinara, I Wayan. 2006. Sistem Filsafat Hindu (Sarva Darsana Samgraha). Surabaya. Paramita
Praja, Juhaya S. 2003. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta. Kencana

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More